Mojokerto (beritajatim.com) – Sejumlah warga terdampak banjir di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto mulai merasakan gatal-gatal dan sesak napas. Kondisi ini banyak dialami anak-anak dan lanjut usia (lansia) yang mengungsi di mushola desa setempat.
Warga terdampak banjir mengalami sesak nafas di atas pukul 18.00 WIB, apalagi pada saat malam hari turun hujan sehingga suhu dingin menjadi pemicu sesak, mual dan masuk angin. Sementara di posko kesehatan belum tersedia tabung oksigen.
Hingga kini, belum terkonfirmasi data pasti jumlah pengsungsi dampak banjir di Desa Tempuran. Pihak BPBD, TNI, Polri dan sejumlah relawan masih melakukan pendistribusian logistik, makanan hingga penyelamatan barang berharga warga. Pantauan di lokasi, jumlah pengungsi di posko sekitar 100 orang didominasi anak-anak, lansia dan ibu-ibu.
Hal tersebut dikeluhkan oleh Miftahul Jannah (54) warga Perum Suko Asri, Desa Tempura. “Tadi malam saya sesak nafas tidak ada oksigen sama sekali, sekarang kondisinya kayak gini sampai kerokan. Saya baru selesai opname dengan diagnosa sesak dan hipertensi,” ungkapnya. Selasa (10/12/2024).
Selain itu, saat malam hari di lokasi pengungsian terciun bau menyengat, mirip aroma almini. Ia tak mengetahui secara pasti bau yang dianggap menggangu pernafasan itu bersumber darimana. Namun aroma tersebut tercium saat malam hari.
“Kalau malam juga bau seperti almini kayaknya dari bahan almini yang terkena rendaman air baunya menyengat sampai sesak dan mual. Saya sudah dua hari di posko pengungsian jadi untuk antisipasi penularan, saya masker saat berada di lokasi pengungsian,” katanya.
Senada diungkapkan oleh Fitri (31). Ia mengatakan jika banyak pengungsi yang merasakan gatal-gatal terlebih pada anak-anak. Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan warga terdampak banjir adalah obat-obatan, kebutuhan bayi, khususnya bagi pengungsi yang baru datang.
Perawat posko, Uswatun Hasanah membenarkan adanya pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan. “Data yang masuk ada 98 orang yang dilakukan cek up kesehatan, ada bayi yang biduren, mbah-mbah (lansia) kemarin juga sesak, gatal, campur sama darah tinggi dan maag,” tuturnya.
Sementara itu, Biidan Desa Tempuran, Rini Dwi Ausandi menambahkan, banjir di Desa Tempuran kendalanya hanya di transportasi. Ia berharap pelayanan awal dan siaga namun bagaimana lagi dengan keterbatasan itu. Tenaga medis harus menunggu jemputan mobil bak terbuka BPBD untuk berangkat ke posko pengungsian.
“Sekaligus membawa seperangkat alat medis dan kotak obat-obatan. Kesininya menunggu jemputan, kemarin sempat kesini membawa sepeda tapi sepeda saya mogok, kemarin mogok sepedanya saya tinggal disini. Untuk pasokan obat-obatan masih mencukupi. Namun kendala utama bagi tenaga medis adalah transportasi,” tegasnya. [tin/but]
Link informasi : Sumber