Redaksi

Tak Ada Moreira, Rivera pun Jadi

persebaya, persebaya surabaya

Ibarat plesetan kata pepatah: tak ada Bruno Moreira, Francisco Rivera pun jadi. Itulah yang terjadi dalam pertandingan pekan ke-14 Liga 1 Musim 2024-25 di Gelora Bung Tomo, Rabu (11/12/2024).

Persebaya menumbangkan Persik Kediri 4-1 (3-1) dan mempertahankan posisi pemuncak klasemen sementara. Tiga dari empat gol Persebaya dicetak dalam waktu tidak sampai sepuluh menit awal babak pertana, melalui kaki Mohammed Rashid (menit 3), Francisco Rivera (menit 7), dan Kasim Botan (menit 9).

Di hadapan 9.278 penonton, Flavio Silva menggenapi kemenangan Persebaya pada menit 81. Sementara gol penghibur Persik dicetak Ramiro Fergonzi pada menit 22.

Persebaya tampil tanpa diperkuat sang kapten Bruno Moreira yang terkena kartu merah pada pertandingan sebelumnya saat melawan Arema. Namun di luar dugaan ketidakhadiran Bruno tidak berdampak terhadap tim, dan bahkan Persebaya mencetak kemenangan dengan selisih gol paling telak pada musim ini.

Sebelumnya dalam 13 pertandingan, skor kemenangan Persebaya hanya berselisih satu gol. Terakhir kemenangan Persebaya dengan skor telak terjadi pada musim 2022-23, yakni 5-0 di kandang Persita Tangerang, Rabu (18/1/2023).

Sekali lagi, Persebaya beruntung memiliki Mohammed Rashid yang tampil stabil. Cannon ball-nya lagi-lagi membuka kemenangan Persebaya. Rashid pula yang mengawali gol keempat Persebaya. Bola yang ditendangnya gagal ditangkap penjaga gawang Léo Navacchio dan malah jatuh di kaki Flavio. Tak sulit bagi pemain Portugal itu menggenapi angka di papan skor.

Rashid juga berjasa melakukan pressing terhadap Ezra Walian, sehingga terpaksa melakukan back pass ke penjaga gawang Navacchio. Navacchio melakukan kesalahan dengan memberikan bola tanggung yang diserobot Malik Risaldi. Bola dioperkan kepada Rivera untuk diceploskan ke gawang Persik.

Di antara kemilau beberapa pemain, Rivera paling memperoleh perhatian dalam pesta kemenangan ini. Setelah mendapat kritik keras dari Bonek karena belum menunjukkan performa terbaik, dia justru menjadi otak serangan Persebaya. Selain mencetak gol, pemain asal Meksiko bernomor punggung 7 itu menjadi pelayan bagi Rashid untuk mencetak gol pertama.

Rivera juga mengawali gol ketiga Persebaya dengan mengoperkan bola kepada Malik Risaldi. Malik kemudian membuka kesempatan kepada Kasim Botan untuk mencetak gol, setelah bola yang ditendangnya gagal ditepis sempurna oleh Léo Navacchio.

Menit 47, Rivera mengawali ‘fast break’ yang menempatkan pertahanan Persik dalam kondisi tiga pemain depan Persebaya melawan satu pemain bertahan dan kiper. Bola operan Rivera tidak bisa dimanfaatkan Flavio Silva. Bola berhasil diblok penjaga gawang Kediri.

Tanpa menafikan Bruno Moreira, bagusnya performa Rivera akhirnya menyingkap kelemahan taktik Paul Munster saat kedua pemain itu turun bersamaan. Terlalu dominannya aliran bola ke Bruno selama ini tidak memberikan kesempatan kepada Rivera untuk menjadi dirijen permainan Persebaya. Maka saat Bruno absen, Rivera pun seperti mendapatkan jati dirinya lagi.

Apakah ke depan Bruno dan Rivera bakal tampil bersamaan atau bergantian? Tentu saja membangkucadangkan salah satu pemain itu tanpa pertimbangan taktis bakal sangat merugikan. Orang bijak bilang: don’t change the winning team. Masalahnya winning team yang mana. Dengan atau tanpa Bruno, Persebaya tetap menang.

Di sinilah dilema yang menyenangkan tengah mengepung Munster. Ketidakhadiran Bruno telah seperti membuka cakrawala baru, bahwa Persebaya ternyata tidak tergantung pada satu pemain. Tanpa Bruno, alur serangan Persebaya sangat cair.

Namun lini tengah Persebaya justru didominasi lini tengah Persik yang diperkuat Majed Osman, Ousmane Fané, dan Rohit Chand. Diakui atau tidak, Bruno adalah pekerja keras yang bersedia mengorbankan diri, tidak hanya dalam membantu serangan, tapi juga turun membantu pertahanan.

Absennya Bruno membuka ruang bagi pemain Persik untuk menyerbu Persebaya. Terlebih, pemain Persebaya masih dihinggapi penyakit lama: mudah kehilangan momentum. Keunggulan cepat tiga gol pada sembilan menit awal babak pertama seharusnya menjadi momentum untuk menekan Persik dan menggelontorkan gol-gol berikutnya.

Namun yang terjadi justru sebaliknya. Persik mengambil alih permainan dan membombardir pertahanan Persebaya. Rendahnya akurasi operan pemain Persebaya (72 persen), membuat alur serangan sering macet dan tak membuahkan hasil.

Bahkan, menurut situs resmi Persebaya, hingga babak kedua berakhir, Persebaya hanya bola 32 persen. Ini penguasaan bola terendah selama Liga 1 yang hanya bisa ditandingi rendahnya penguasaan bola saat melawan Arema (28 persen).

Memang benar, hasil akhir pertandingan ditentukan oleh skor dan bukan penguasaan bola. Namun minimnya penguasaan bola dan buruknya akurasi operan menjadi kombinasi yang berbahaya dan berpotensi merugikan, karena menempatkan Persebaya selalu di bawah tekanan sepanjang pertandingan. Ini tak mudah, karena kita tahu, tim yang selalu di bawah tekanan membutuhkan konsentrasi lebih tinggi daripada tim yang mendominasi permainan.

Kini, Bonek berharap Munster segera menemukan racikan yang tepat, yang bisa mengeluarkan potensi maksimal Bruno dan Rivera saat keduanya tampil bersama. Selain tentunya, sekali lagi: memperbaiki akurasi operan agar tidak buruk-buruk amat. [wir]


Link informasi : Sumber

Tinggalkan komentar