Malang (beritajatim.com) – Baru baru ini di Ngawi, Jawa Timur, kembali terjadi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi milik warga. Dalam dua pekan terakhir, beberapa sapi dilaporkan mati mendadak akibat penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Wabah PMK tidak hanya membawa kerugian ekonomi besar bagi para peternak, tetapi juga memicu kekhawatiran akan penyebaran yang lebih luas jika tidak segera ditangani. Dyah Ayu Oktavianie, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, memberikan pandangannya mengenai wabah ini.
Ia menegaskan bahwa vaksinasi menjadi langkah utama dalam mengendalikan penyebaran PMK. Penyakit Mulut dan Kuku adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat menyebar dengan sangat cepat.
“Virus PMK mampu menjangkau hingga 10 kilometer melalui udara, selain melalui kontak langsung antarhewan atau perantara alat transportasi,” ungkap Dyah Ayu Oktavianie A.P., M. Biotech., kepada beritajatim.com, Senin (30/12/2024).
Dyah menekankan bahwa vaksinasi tidak hanya dilakukan sebagai upaya responsif saat wabah terjadi, tetapi harus menjadi program yang berkelanjutan. Pihaknya melihat bahwa banyak peternak yang belum sepenuhnya memahami pentingnya vaksinasi.
“Padahal, vaksinasi adalah langkah preventif yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran PMK,” jelas penelitian di bidang Biologi Molekuler tersebut.
Dyah juga mengingatkan bahwa meskipun kekebalan sudah dibangun melalui vaksinasi, virus PMK tetap memiliki kemungkinan muncul kembali. Oleh karena itu, vaksinasi secara berkala sangat diperlukan, terutama di daerah yang rentan terhadap penyebaran penyakit ini.
Selain vaksinasi, Dyah menyoroti pentingnya edukasi kepada para peternak. Menurutnya, banyak peternak yang masih lengah dan belum menyadari gejala awal PMK pada ternaknya.
“Edukasi yang masif diperlukan agar peternak lebih waspada. Jika ternaknya menunjukkan gejala PMK, seperti lepuh pada mulut dan kuku, atau penurunan nafsu makan, mereka harus segera melapor kepada dokter hewan atau otoritas setempat,” tambah perempuan lulusan doktoral Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada itu.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya turut aktif berkoordinasi dengan pemerintah, asosiasi dokter hewan, dan instansi terkait lainnya. Dyah menyebutkan bahwa pihaknya telah mengikuti rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), serta Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) untuk membahas langkah-langkah konkret dalam menangani wabah ini.
“Dalam rapat terakhir pada 27 Desember, kami membahas pelaksanaan program vaksinasi PMK secara nasional. Perguruan tinggi, khususnya Fakultas Kedokteran Hewan, dilibatkan langsung untuk mendukung program ini,” ujar Dyah.
Dyah menjelaskan bahwa PMK tidak hanya menyerang sapi, tetapi juga dapat menyerang hewan berkuku belah dan genap lainnya seperti kambing, domba, babi, dan rusa. Wabah ini berdampak signifikan, baik secara ekonomi maupun psikologis bagi peternak.
Kerugian akibat kematian hewan ternak, penurunan produktivitas, hingga biaya pengobatan menjadi beban yang berat bagi para peternak. Dengan kolaborasi lintas sektor, Dyah optimis wabah PMK dapat segera dikendalikan. Ia berharap agar kasus di Ngawi tidak meluas ke daerah lain di Indonesia.
“Semoga melalui edukasi, vaksinasi, dan kerja sama semua pihak, kita bisa mencegah penyebaran wabah ini lebih jauh. Kesadaran peternak akan pentingnya vaksinasi juga menjadi kunci agar kasus serupa tidak terus berulang di masa depan,” tutupnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dyah menganjurkan peternak untuk:
Pertama, segera vaksinasi ternak: Pastikan ternak mendapatkan vaksin PMK sesuai jadwal yang dianjurkan.
Kedua, pantau gejala PMK: Perhatikan tanda-tanda seperti lepuh di sekitar mulut dan kuku, demam, atau penurunan nafsu makan.
Ketiga, tingkatkan kebersihan kandang: Hindari kontak dengan hewan yang terinfeksi dan jaga kebersihan kandang serta alat transportasi.
Keempat, laporkan kasus dengan cepat: Jika ditemukan gejala PMK, segera laporkan ke dokter hewan atau dinas peternakan setempat.
Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, diharapkan wabah PMK di Ngawi dapat segera tertangani tanpa membawa dampak yang lebih luas. Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan peternak menjadi kunci utama dalam mengatasi tantangan ini. (dan/but)
Link informasi : Sumber