Banyuwangi (beritajatim.com) – Kasus pengeroyokan yang mengalami korban santri AR (14) meninggal mendapat perhatian penuh dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Pemda setempat turut berduka atas kejadian itu, hingga memberikan bantuan seluruh tanggungan biaya perawatan dan kepulangan jenazah santri ke alamat asal Kabupaten Buleleng, Bali.
‘Kami akan membantu sepenuhnya terhadap biaya perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit hingga jenazah dipulangkan,” ungkap Pj Sekda Banyuwangi Guntur Priambodo saat datang ke RSUD Blambangan, Kamis (2/1/2025).
“Selain pembiayaan selama di rumah sakit, pemkab juga akan menanggung biaya pemulangan jenazah hingga ke kampung halamannya di Buleleng,” jelasnya.
Selanjutnya, Pemda Banyuwangi akan berupaya melakukan langkah-langkah agar kejadian serupa tak terulang kembali. Terutama di lingkungan pendidikan, baik pondok pesantren maupun sekolah.
“Kami akan secara masif menyampaikan edukasi ke lembaga-lembaga pendidikan, ke pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, agar hal semacam ini tidak terjadi lagi. Ini menjadi PR kita bersama, termasuk orang tua juga,” kata Guntur.
Sekadar informasi, AR (14) meninggal setelah enam hari koma di ruang ICU RSUD Blambangan. Korban, kata Guntur, diketahui masuk ke rumah sakit sebagai pasien mandiri usai mendapat perlakuan kekerasan oleh sekelompok santri senior di salah satu Ponpes di Kecamatan Wongsorejo.
Kini, Polisi telah menahan diduga sejumlah pelaku pengeroyokan oleh santri tersebut. Ada enam nama, dua di antaranya merupakan masih di bawah umur.
Mereka adalah, HR (17), WA (15), IJ (18), MR (19), S (18), dan Z (18). Polisi juga menjerat mereka dengan Pasal Pasal 170 KUHP dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. [rin/aje]
Link informasi : Sumber