Bojonegoro (beritajatim.com) – Perum Jasa Tirta (PJT) 1 wilayah Sungai Bengawan Solo melakukan perbaikan sarana pengendali air di Bendung Gerak Bojonegoro. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi prakiraan puncak musim hujan yang terjadi pada Januari 2025.
Kepala Sub Divisi Operasi dan Pemeliharaan Wilayah Sungai Bengawan Solo Perum Jasa Tirta 1, Agung Wicaksono mengatakan, proses perbaikan atau pengembalian fungsi bendung gerak di Bojonegoro ini dilakukan setelah kurang lebih sudah beroperasi 15 tahun.
“Sehingga selaku pengelola sumber daya air harus melakukan pengembalian fungsi. Agar fungsi utama sebagai pengendali banjir bisa kembali seperti semula,” ujar Agung Wicaksono, Senin (16/12/2024).
Beberapa perbaikan yang dilakukan diantaranya pada bagian indikator kontrol panel jarak jauh, pengecatan pintu nomor 1 hingga 9, stop lock, perbaikan jalur rel untuk gantry crane, perbaikan plate gate nomor 8, dan pintu nomor 6 hulu. Pengerjaan dilakukan sejak 22 September 2024 berakhir hingga 22 November.
“Karena ada force majeure berupa cuaca ekstrim, kami berikan amandemen waktu pekerjaan yang masih tersisa sampai 20 Desember 2024,” tambah pria yang bertugas sejak 1 Juli 2024 sebagai Kepala Sub Divisi Operasi dan Pemeliharaan Wilayah Sungai Bengawan Solo Perum Jasa Tirta 1 itu.
Sebagai kesiapsiagaan bencana banjir, selain memperbaiki fungsi bendung gerak agar bisa berfungsi secara optimal, pihaknya mengaku juga memiliki stasiun pengukur ketinggian muka air di hulu hingga hilir sungai Bengawan Solo. Dengan begitu, kontrol pengendali pintu air bisa diketahui sejak awal.
“Lokasi stasiun pengukur muka air ini ada di Karang Binangun, Laren, Karanggeneng, bendung gerak Babat, Kaliketek, Padangan, Kalilamong, dan di bendung gerak Bojonegoro,” jelas Agung Wicaksono.
Untuk diketahui, berdasarkan data awal bendung gerak yang melintas di atas Sungai Bengawan Solo turut Desa Padang Kecamatan Trucuk dan Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu itu memiliki daya tampung sekitar 13 juta meter kubik. Daya tampung tersebut diperkirakan sudah berkurang karena faktor sedimentasi.
“Tetapi kami juga melakukan penggelontoran untuk mengurangi sedimen dengan membuka pintu agar sedimentasi bisa turun ke hilir. Tingkat sedimentasi secara pasti belum dilakukan kajian detail. Artinya semakin tinggi sedimentasi maka semakin mengurangi daya tampung,” ujar pria asli Surakarta itu.
Sementara saat ini dari sembilan pintu di Bendung Gerak Bojonegoro itu semuanya dibuka. Pembukaan pintu bendung gerak dilakukan karena debit air Sungai Bengawan Solo sedang tinggi. [lus/kun]
Link informasi : Sumber