Bojonegoro (beritajatim.com) – Sebanyak enam bangkai sapi ditemukan mengapung di pintu air Bendung Gerak Sungai Bengawan Solo, Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (11/1/2025). Bangkai tersebut tersangkut bersama sampah, ranting, dan eceng gondok.
Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi dua bangkai sapi yang masih utuh, sementara empat lainnya tidak dapat dievakuasi karena sudah membusuk.
Bangkai sapi ini diduga sengaja dibuang karena mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang mewabah di wilayah tersebut. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bojonegoro telah mengambil sampel darah dari dua bangkai yang dievakuasi untuk diuji laboratorium. Hasilnya menunjukkan indikasi klinis PMK.
“Di Bojonegoro kondisi PMK dalam kondisi gejala klinis PMK (suspek PMK) dan hasil laboratorium masih negatif,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan Disnakkan Bojonegoro, drh Luthfi Nurrahman, Minggu (12/1/2025).
Hingga kini, pemilik sapi yang membuang bangkai tersebut belum teridentifikasi. Kepala Desa (Kades) Padang, Subagyo, menegaskan bahwa bangkai tersebut bukan berasal dari wilayahnya. Ia menduga bangkai berasal dari daerah hulu, mengingat kondisinya yang sudah rusak.
“Tidak ada kejadian sapi mati di Desa Padang, dan jika dilihat kondisi sapi yang sudah membusuk saat di Bendung Gerak, kemungkinan bangkai sapi itu berasal dari arah hulu,” ujar Subagyo.
Di sisi lain, kasus kematian sapi akibat dugaan PMK juga dilaporkan di berbagai desa di Bojonegoro. Totalnya mencapai 33 ekor, termasuk 11 ekor sapi di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, yang mati dalam periode Desember 2024 hingga awal Januari 2025.
Namun, menurut Kades Kedungsumber, Kardi, wabah tersebut berhasil dilokalisir di Dusun Kedungsumber. “Cuma semingguan kejadiannya, dan sudah berhasil dilokalisir hanya di satu dusun, tidak meluas di dusun kami yang lain,” terangnya.
Dinas terkait bergerak cepat dengan melakukan penyemprotan disinfektan, karantina sapi yang terjangkit, dan penguburan bangkai untuk mencegah penyebaran virus.
Penyakit mulut dan kuku menjadi perhatian serius di Bojonegoro, terutama di kalangan peternak. Dengan berbagai langkah pencegahan yang terus digalakkan, harapannya adalah tidak ada lagi kejadian serupa di masa mendatang. [lus/suf]
Link informasi : Sumber