Bojonegoro (beritajatim.com) – Belalang setan tidak asing bagi masyarakat Bojonegoro. Belalang yang memiliki ciri-ciri fisik yang khas dengan tubuh yang berwarna-warni cerah itu oleh masyarakat Bojonegoro biasa disebut Walang Pelos. “Belalang ini biasanya disebut Walang Pelos,” ujar salah seorang warga Bojonegoro, Nurcahyo, Kamis (26/12/2024).
Walang Pelos dengan nama latin aularches miliaris merupakan jenis serangga yang masuk dalam family pyrgomorphidae. Belalang ini memiliki ciri tersendiri, kepala dan dada berwarna gelap kebiruan dengan garis kuning cerah di bagian samping.
Perut berwarna hitam dengan garis-garis merah cerah. Sayap berwarna hijau dengan bercak kuning. Warna-warni pada tubuhnya sebagai peringatan bagi predator akan keberadaan racun yang dimilikinya. Sekaligus sebagai peringatan untuk menjauhkan diri dari predator.
Belalang setan banyak dijumpai di kawasan hutan. Selain di Indonesia, hewan ini banyak ditemui di berbagai wilayah di Asia Tenggara dan Asia Selatan, dan habitat belalang setan biasanya berada di hutan, perkebunan, dan lahan pertanian.
Sementara, terkait dengan hukum agama Islam mengonsumsi belalang ini termasuk diperbolehkan. Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: Kep-13/MUI/IV/2000, tentang Makan dan Budidaya Cacing dan Jangkrik, menempatkan belalang seperti halnya jangkrik, yaitu sejenis serangga yang boleh (mubah/halal) dikonsumsi, sepanjang tidak menimbulkan kerugian (mudharat).
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua jenis belalang aman dikonsumsi. Beberapa jenis belalang, termasuk belalang setan, diketahui mengandung racun. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan memastikan jenis belalang yang akan dikonsumsi benar-benar aman.
Dari berbagai literasi, meskipun belum ada penelitian yang membuktikan bahwa racun belalang setan dapat menewaskan manusia, namun serangga ini memiliki cairan beracun yang dapat membahayakan.
Sementara, praktisi kesehatan di Kabupaten Bojonegoro dr Nila Maharani Sp PD mengatakan, bahwa belalang setan atau aularches miliaris, memiliki mekanisme pertahanan diri, salah satunya mengeluarkan toksin dari bagian dadanya.
“Toksin ini berwarna jernih, kental, pahit, berbau tidak sedap, dan sedikit basa. Toksin ini bisa menyebabkan reaksi alergi bagi siapa saja yang akan menangkapnya,” ujarnya, Kamis (26/12/2024).
Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro itu menambahkan, reaksi alergi dari toksin itu berbeda-beda, mulai mual muntah, diare, nyeri perut, hingga yang berat seperti anafilaksis atau reaksi alergi yang berat dan berbahaya hingga mengancam jiwa.
Kondisi tersebut terjadi ketika tubuh terpapar pemicu alergi dan sistem imun melepaskan zat-zat kimia yang memengaruhi berbagai sistem dalam tubuh. Sedangkan toksin yang bersifat basa tersebut juga bisa menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa di dalam tubuh.
“Sayangnya untuk jenis racun pada belalang ini masih sulit diketahui, sehingga tidak tahu pasti mekanisme penyebab kematian pada manusia yang memakan belalang tersebut,” imbuhnya. [lus/ian]
Link informasi : Sumber