Blitar (beritajatim.com) – Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Blitar meningkat cukup tinggi di awal tahun ini. Tercatat sejak 11 hari pertama Januari 2025 ini sudah ada 32 penderita baru di Kabupaten Blitar.
Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, mulai 1-11 Januari 2025, tercatat ada 32 penderita baru Demam Berdarah Dengue (DBD). Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, Christine Indrawati menyebut jika jumlah kasus harian di awal tahun ini cukup tinggi, namun masih lebih rendah dari tahun 2024 kemarin.
“Jumlah ini cukup tinggi namun jika dibandingkan tahun 2024 kasus DBD masih lebih kecil,” ucap Christine, Kepala Dinkes Blitar, Senin (13/1/2025)
Selama tahun 2024, tercatat ada 1.362 penderita DBD di Kabupaten Blitar, dengan jumlah kasus terbanyak di bulan April 2024 yakni mencapai 256 kasus. Selanjutnya, kasus terus turun hingga di bulan Desember hanya tercatat 66 kasus dalam satu bulan.
Berdasarkan data, diketahui mayoritas penderita DBD berasal dari kelompok usia 15 hingga 44 tahun. Disusul usia 5 hingga 14 tahun, dan beberapa kelompok usia lainnya. Masyarakat diminta untuk tetap meningkatkan kesadaran pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mengantisipasi kasus DBD.
“Yang utama adalah metode PSN atau pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. itu yg paling efektif, dengan tidak memberi kesempatan nyamuk bertelur. Atau jika sudah bertelur, maka telur tidak menetas. jika sudah menetas menjadi jentik nyamuk, dengan dikuras rutin maka jentik tidak akan tumbuh menjadi nyamuk dan dewasa,” saran dokter umum tersebut.
Dinkes Kabupaten Blitar pun kini terus melakukan fogging secara berkala. Namun, fogging diakui bukan sebagai solusi utama, karena tidak efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti dan mencegah DBD. Pasalnya fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan telur dan jentik nyamuk masih akan berkembang, sehingga kesadaran PSN tetap harus ditingkatkan.
“Menguras tempat-tempat penampungan air, baik itu penampungan yang dimanfaatkan (spt bak kamar mandi, gentong dll) atau penampungan air yang tidak dimanfaatkan (kaleng bekas yang posisinya tengadah sehingga menampung air hujan, ban bekas yang cekungannya menampung air, bambu tidak terpakai yg menampung air dan lain lain),” tegasnya.
Pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan penutupan tempat berkembang biaknya nyamuk menjadi hal yang utama untuk menekan kasus DBD. Jika ini bisa dilakukan secara berkala maka tidak akan ada jentik nyamuk yang berpotensi menimbulkan penyakit DBD.
“Menutup lubang atau benda-benda yang potensial menampung air,” tandasnya. [owi/beq]
Link informasi : Sumber