Berawal dari demam berdarah yang menjangkiti sejumlah siswa SMA Muhammadiyah 3 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Joice Amirah Lesmana menuai prestasi dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2024.
Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) adalah kompetisi tahunan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa sekolah menengah pertama dan sederajat serta sekolah menengah atas dan sederajat dalam bidang penelitian ilmiah yang diadakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Babak final OPSI tahun ini diadakan pada 3-9 November 2024 di Jakarta, diikuti 192 siswa tingkat SMP dan MTs dan 181 siswa jenjang SMA dan MA. Mayoritas penelitian dilakukan oleh tim. Namun Joice berhasil memukau dewan juri sendirian.
Joice berinovasi memperkenalkan aplikasi Larvaecam, melalui penelitian berjudul ‘Inovasi Teknologi Mobile Sensing Identifikasi Vektor Nyamuk Berdasarkan Karakteristik Morfologi Menggunakan Pendekatan Deep Learning sebagai Bentuk Pencegahan’.
“Waktu akhir tahun 2023, pada musim hujan, di sekolah ini terjadi lonjakan kasus demam berdarah. Kebetulan angkatan saya paling banyak terkena, ada lima atau enam orang. Kebetulan di rumah juga ada tetangga saya yang kena,” kata Joice.
Kejadian itu memantik rasa penasaran Joice untuk meneliti jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti. Sejak kecil, dia memang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal. Cukup besar untuk membuat ibunya Ida Agustitin kesal karena diberondong pertanyaan oleh putri tunggalnya itu. Minat Joice terhadap ilmu pengetahuan membuatnya dipercaya menjadi Ketua Kelompok Karya Ilmiah Remaja (KIR) di sekolahnya.
Gadis kelahiran 6 Januari 2008 ini kemudian mulai banyak membaca banyak artikel dan jurnal, serta berdiskusi dengan Kurtis Sita Warsita, guru mata pelajaran Biologi. SMA Muhammadiyah 3 Jember menangkap minat Joice dan memfasilitasinya untuk belajar singkat di Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga Surabaya.
Institute of Tropical Disease atau Lembaga Penyakit Tropis (LPT) merupakan institut penyakit tropis pertama yang didirikan pada 1993, dan menjadi pionir penelitian penyakit-penyakit tropis di Indonesia.
Dibantu Dinas Kesehatan Jember, Joice mengambil larva dari rumah-rumah di kawasan Kecamatan Patrang, Sumbersari, dan Kaliwates untuk diteliti. “Saya taruh larva di kaca preparat cekung dan difoto dengan kamera android yang dilengkapi lensa 200 kali perbesaran,” katanya.
Hasil foto larva tersebut diolah dalam aplikasi larvaecam yang dimodifikasinya sendiri dan disambungkan ke situs pribadinya untuk diidentifikasi. Dari sana akan muncul ‘heat map’ hasill identifikasi morfologi larva nyamuk tersebut.
Aplikasi tersebut diciptakan sendiri oleh Joice di bawah bimbingan sang ayah yang bekerja sebagai dosen di Politeknik Negeri Jember, I Putu Dodi Lesmana. Aplikasi ini belum akan dipatenkan dalam waktu dekat, karena masih menunggu seluruh proses OPSI selesai. Saat ini, Joice diminta menulis hasil penelitiannya dalam bahasa Inggris.
Inovasi Joice ini berguna membantu Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia yang tidak memiliki ahli entomologi untuk memetakan jenis larva sebelum dilakukan tindakan sebagai pencegahan dini. Selama ini pemeriksaan jentik di rumah-rumah warga hanya dilakukan jumantik atau juru pemantau jentik yang hanya menghitung jumlah jentik di kamar mandi warga.
Kurtis mendorong Joice untuk mendaftarkan penelitian itu dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2024 pada Februari 2024. Sebenarnya Joice punya partner satu tim. Namun di tengah perjalanan penelitian, rekannya tersebut mengundurkan diri karena sakit.
Joice pantang menyerah. Dia menjadi satu-satunya peneliti tingkar SMA dari Jember yang akhirnya lolos ke final setelah bersaing dengan 9.450 tim dari seluruh Indonesia.
Joice diharuskan melakukan presentasi di hadapan dewan juri dan memperlihatkan penelitiannya dalam sebuah acara pameran. Dia sempat gugup. Matanya sempat nanar. Kepalanya mendadak pusing. Perasaan untuk harus tampil formal dan santun membuatnya terbebani. Joice lebih rileks setelah memilih untuk tampil apa adanya dan tidak terlalu formal dalam memaparkan penelitriannya.
Hasilnya: Joice berhasil memikat juri dan menembus dua besar. Dia kini menunggu penilaian selanjutnya yang bisa membawanya studi banding ke Universitas Columbia di Amerika Serikar. “Ada 12 tim yang kemarin menang yang diseleksi untuk diambil tiga tim. Kami tunggu informasinya pada Januari 2025. Semoga saja katut,” kata Kurtis.
Kurtis berharap capaian Joice ini bisa memacu siswa SMA Muhammadiyah 3 Jember lainnya. Apalagi berkat capaian itu, Joice kini bisa memilih perguruan tinggi mana pun setelah lulus sekolah. “Dia bisa masuk ke ITB, Airlangga, atau UI,” katanya.
Sejauh ini dampak instannya terlihat. “Banyak yang termotivasi dan mendaftar ke saya untuk ikut Kelompok KIR,” kata Kurtis.
Joice sendiri masih belum menentukan perguruan tinggi yang dituju. Ia hanya menetapkan bidang ilmu kesehatan sebagai tujuan berikutnya, baik di Universitas Airlangga, Universitas Negeri Malang, atau perguruan tinggi lainnya. “Yang penting hari ini masuk jadi siswa berprestasi dulu. Soal mau masuk ke mana, masih ada satu tahun ke depan untuk lebih memantapkan diri,” kata Kurtis. [wir]
Link informasi : Sumber