Surabaya (beritajatim.com) – Bakal calon gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini menargetkan sederet visi kerja apabila dirinya terpilih menjadi gubernur Jawa Timur periode 2024-2029.
Risma mengatakan, visi tersebut setidaknya akan mencakup 5 aspek. Mulai kesejahteraan ekonomi, pertanian, kesehatan, infrastruktur, dan pendidikan terutama di pondok pondok pesantren kecil. “Pertanian, infrastruktur, kesejahteraan ekonomi, kesehatan dan juga pendidikan,” terang Tri Risma kepada wartawan di Surabaya, Sabtu (14/9) sore.
Menurut Risma, kesejahteraan warga masyarakat Jawa Timur ini masih perlu ditopang diperhatikan, terutama dalam taraf ukur sejahtera ekonomi. “Jadi prioritas sebetulnya masalah kesejahteraan disampaikan tadi. Tapi kalau tolak ukur ngomong kesejahteraan kita juga harus membahas permasalahan perekonomian secara luas,” papar Risma.
Mantan Mensos RI itu ingin menerapkan sebuah ‘engineering’ untuk menggenjot perekonomian di Jawa Timur. Yang berkesesuaian dengan potensi lokal daerahnya.
“Ada yang bisa kita engineering, misalkan saya di NTT dan di Papua saya lakukan engineering. Dulu mereka (warga) tidak ada pertanian, lalu saya buat pertanian. Dulu nelayannya potensinya gede tetapi kapalnya kecil kecil, kemudian kita kasihlah kapal dengan mesin yang lebih besar,” terang Eks Mensos RI itu.
Permasalahan kesehatan di Jawa Timur, juga tak luput dari perhatian Risma. Di mana, dia menjelaskan bahwa saat ini angka kebutaan dan kusta, hingga stunting, masih tinggi di Indonesia. “TPPO, ada pekerja migran kemarin ada beberapa ratus PMI itu dari Jawa Timur. Kemudian penyakit kusta, yang angkanya ini cukup besar di Indonesia. Kemudian ada kebutaan, stunting,” ujar Risma.
Sedangkan untuk di lingkungan pendidikan, lanjut Risma, dirinya ingin lebih memperhatikan pondok pondok pesantren kecil yang tersebar Jawa Timur. Kata Risma, di situ banyak anak anak yang perlu diperhatikan dengan kondisi miskin ataupun yatim piatu.
“Masih banyak pondok – pondok (pesantren) kecil yang perlu diperhatikan. Dan di pondok kecil kecil itu justru lebih banyak anak yatim, banyak keluarga (orang) miskin. Dan karena (keadaan) ia tak bisa bermimpi untuk sekolah, ke sekolah yang bagus,” ucap Risma. [kun]
Link informasi : Sumber