Redaksi

Lestarikan Warisan Desa Adat Penglipuran di Bali, Dosen ITN Malang Kembangkan Teknologi Dynamic BIM

itn malang

Malang (beritajatim.com) – Dalam upaya mendukung konservasi budaya dan tata ruang adat, Dr. Ir. Ketut Tomy Suhari, ST., MT., IPP., IRSurv., dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, berhasil mengembangkan model Dynamic Building Information Modelling (D-BIM). Inovasi ini menjadi langkah maju dalam pelestarian Desa Adat Penglipuran, Bali, yang dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia.

Tomy, yang baru saja meraih gelar doktor dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada akhir 2024, mengintegrasikan teknologi D-BIM dengan Boundary Representation (B-Rep) dan Decision Support System (DSS). Penelitian ini bertujuan untuk mendukung pengelolaan ruang adat secara dinamis, menjawab tantangan konservasi di tengah modernisasi dan arus wisata yang semakin pesat.

“Model Dynamic BIM memungkinkan dokumentasi dan rekonstruksi bangunan adat sesuai ukuran aslinya, sehingga mampu mengatasi tantangan pelestarian ruang adat dengan tingkat akurasi tinggi,” ungkap Tomy, Selasa (7/1/2025).

Desa Adat Penglipuran menerapkan filosofi Tri Hita Karana dan tata ruang tradisional Tri Mandala, menghadapi tantangan akibat akulturasi budaya. Kehadiran bangunan modern seperti hotel dan restoran mulai menggeser ciri khas adat, meskipun hukum adat awig-awig masih menjadi benteng pelestarian.

Namun, tingginya arus wisatawan juga memicu perubahan signifikan dalam pemanfaatan ruang. Penelitian Tomy menunjukkan bahwa zona madya, yang mencerminkan inti adat, menyusut dari 88% pada tahun 2000 menjadi 86% pada 2021, sementara ruang komersial meningkat.

“Konservasi ruang adat harus mempertimbangkan dinamika modernisasi, sehingga diperlukan model BIM yang fleksibel,” ujar Tomy, yang juga menjabat sebagai Kepala Center for Digitalisation Construction and Smart Urban Management (DConS Center) ITN Malang.

Dynamic BIM memungkinkan pemodelan detail ruang adat, meliputi informasi geometri, material, dan fungsi. Teknologi ini didukung data dari drone, LiDAR, fotogrametri, dan High Definition Survey (HDS), sehingga dapat memantau perubahan ruang secara real-time.

Foto BeritaJatim.com
Ketut Tomy Suhari saat menyajikan idenya (Foto: Humas ITN Malang)

Selain itu, Tomy juga mengintegrasikan tiga model utama, yaitu Model Adat – Berfokus pada zona madya dengan aturan adat. Model Modernisasi – Mencakup zona nista yang menghadapi perubahan signifikan. Model Kebijakan – Mengatur regulasi, seperti tinggi bangunan maksimal 15 meter.

“Dynamic BIM tidak hanya memfasilitasi konservasi ruang adat, tetapi juga membantu mengurangi risiko penyimpangan dari ketentuan adat,” imbuhnya

Tomy mengakui bahwa teknologi ini masih memiliki keterbatasan, terutama dari sisi biaya pemantauan lapangan. Namun, ia optimis bahwa ke depan, pemanfaatan citra satelit dengan resolusi tinggi dapat mengurangi biaya dan meningkatkan akurasi.

“Harapannya, teknologi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat adat, pemerintah, dan pengelola kawasan adat untuk menjaga kearifan lokal di tengah tantangan globalisasi,” tutup Tomy.

Hasil penelitian ini telah menghasilkan aplikasi, publikasi di jurnal internasional bereputasi, dan prosiding Scopus Q2. Hal itu menjadikan inovasi ini sebagai kontribusi penting dalam pelestarian budaya Nusantara. (dan/kun)


Link informasi : Sumber

Tinggalkan komentar